Arifatul Ilma/ 16.1.01.02.0009
Candi/can·di/ n
bangunan kuno yang dibuat dari batu (sebagai tempat pemujaan, penyimpanan abu
jenazah raja-raja, pendeta-pendeta Hindu atau Buddha pada zaman dulu). (KBBI
online tersedia di https://kbbi.web.id/candi) Prof. Hj Krom dan Dr. WF Stutterheim mengartikan candi dari asal
katanya Candika Ghra. Candika berarti Dewi Maut (di Indonesia dikenal Bethari
Durga = Durga Sura Mahesa Mardhani) Dan Grha = Graha = Griya/Griyo yang artinya
rumah. Jadi pengertian Candi menurut mereka adalah rumah untuk Bethari Durga =
Rumah Dewi Maut. Pada masa klasik candi dipahami sebagai tempat suci untuk
bakti kepada para Dewa. Namun dalam perkembangannya istilah ‘candi’ tidak hanya
digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah dengan bentuk bangunan
layaknya bangunan peribadatan saja. Kata "candi" mengacu pada
berbagai macam bentuk dan fungsi bangunan, antara lain tempat beribadah, pusat
pengajaran agama, tempat menyimpan abu jenazah para raja, tempat pemujaan atau
tempat bersemayam dewa, petirtaan (pemandian) dan gapura. Walaupun fungsinya
bermacam-macam, secara umum fungsi candi tidak dapat dilepaskan dari kegiatan
keagamaan, khususnya agama Hindu dan Buddha, pada masa yang lalu. Oleh karena
itu, sejarah pembangunan candi sangat erat kaitannya dengan sejarah
kerajaan-kerajaan dan perkembangan agama Hindu dan Buddha di Indonesia, sejak
abad ke-5 sampai dengan abad ke-14.( https://www.dictio.id/t/apakah-pengertian-candi/8393.
.Billy Kusuma)
Pada komplek
Candi Arjuna ini dapat ditemukan penil (ornamen pada bagian tangga, seperti
pegangan), kala (wajah raksasa tanpa rahang bawah yang terdapat di bagian atas
pintu), makara (diletakkan di sisi-sisi pintu dan dipercaya mampu mengusir
kejahatan), jalatmara (saluran air untuk mengalirkan air dari bagian dalam
candi ke salah satu sisi), istadewata (terdapat pada bagian atas candi dan
dipercaya sebagai tempat masuknya pada dewa), serta antefik (ornamen yang
terdapat di bagian ujung tiap sisi). Selain itu, di setiap candi, dapat
ditemukan diksa (jalur bagi umat untuk mengelilingi candi sebelum masuk ke area
candi utama). Candi Arjuna, sebagai candi utama di kompleks ini juga
diperkirakan sebagai candi tertua, diperkirakan dibangun pada abad 8 Masehi
oleh Dinasti Sanjaya dari Mataram Kuno.
Berdasarkan
bagian-bagiannya, bangunan candi terdiri atas tiga bagian penting, antara lain,
kaki, tubuh, dan atap. Kaki candi merupakan bagian bawah candi. Bagian ini
melambangkan dunia bawah atau bhurloka. Bentuknya berupa bujur sangkar yang
dilengkapi dengan jenjang pada salah satu sisinya. Bagian dasar candi ini
sekaligus membentuk denahnya, dapat berbentuk persegi empat atau bujur sangkar.
Tangga masuk candi terletak pada bagian ini, pada candi kecil tangga masuk
hanya terdapat pada bagian depan, pada candi besar tangga masuk terdapat di
empat penjuru mata angin. Biasanya pada kiri-kanan tangga masuk dihiasi ukiran
makara. Pada dinding kaki candi biasanya dihiasi relief flora dan fauna berupa
sulur-sulur tumbuhan, atau pada candi tertentu dihiasi figur penjaga seperti
dwarapala. Pada bagian tengah alas candi, tepat di bawah ruang utama biasanya
terdapat sumur yang didasarnya terdapat pripih (peti batu). Sumur ini biasanya
diisi sisa hewan kurban yang dikremasi, lalu diatasnya diletakkan pripih. Di
dalam pripih ini biasanya terdapat abu jenazah raja serta relik benda-benda
suci seperti lembaran emas bertuliskan mantra, kepingan uang kuno, permata,
kaca, potongan emas, lembaran perak, dan cangkang kerang.
Tubuh candi
adalah bagian tengah candi yang berbentuk kubus yang dianggap sebagai dunia
antara atau bhuwarloka. Menggambarkan dunia tempat manusia suci yang berupaya
mencapai pencerahan dan kesempurnaan batiniah. Pada bagian depan terdapat
gawang pintu menuju ruangan dalam candi. Gawang pintu candi ini biasanya
dihiasi ukiran kepala kala tepat di atas-tengah pintu dan diapit pola makara di
kiri dan kanan pintu. Tubuh candi terdiri dari garbagriha, yaitu sebuah bilik
(kamar) yang ditengahnya berisi arca utama, misalnya arca dewa-dewi yang dipuja
di candi itu. Di bagian luar dinding di ketiga penjuru lainnya biasanya diberi
relung-relung yang berukir relief atau diisi arca. Pada candi besar, relung
keliling ini diperluas menjadi ruangan tersendiri selain ruangan utama di
tengah. Terdapat jalan selasar keliling untuk menghubungkan ruang-ruang ini
sekaligus untuk melakukan ritual yang disebut pradakshina. Pada lorong keliling
ini dipasangi pagar langkan, dan pada galeri dinding tubuh candi maupun dinding
pagar langkan biasanya dihiasi relief, baik yang bersifat naratif (berkisah)
atau pun dekoratif (hiasan).
Atap candi
adalah bagian atas candi yang menjadi simbol dunia atas atau swarloka. Yaitu
menggambarkan ranah surgawi tempat para dewa dan jiwa yang telah mencapai
kesempurnaan bersemayam. Pada umumnya, atap candi terdiri dari tiga tingkatan
yang semakin atas semakin kecil ukurannya. Sedangkan atap langgam Jawa Timur
terdiri atas banyak tingkatan yang membentuk kurva limas yang menimbulkan efek
ilusi perspektif yang mengesankan bangunan terlihat lebih tinggi. Pada puncak
atap dimahkotai stupa, ratna, wajra, atau lingga semu. Pada candi-candi langgam
Jawa Timur, kemuncak atau mastakanya berbentuk kubus atau silinder dagoba. Pada
bagian sudut dan tengah atap biasanya dihiasi ornamen antefiks, yaitu ornamen
dengan tiga bagian runcing penghias sudut.jarah - Kebanyakan bentuk bangunan
candi meniru tempat tinggal para dewa yang sesungguhnya, yaitu Gunung Mahameru.
Oleh karena itu, seni arsitekturnya dihias dengan berbagai macam ukiran dan
pahatan berupa pola yang menggambarkan alam Gunung Mahameru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar