Vina Widyaningtyas/16.1.01.02.0005
Candi Prambanan merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia,
berketinggian 47 meter, dibangun pada abad 9. Letaknya berada 17 km arah timur
Yogyakarta di tepi jalan raya menuju Solo. Candi yang utama yaitu Candi Siwa
(tengah), Candi Brahma (selatan), Candi Wisnu (utara). Didepannya terletak
Candi Wahana (kendaraan) sebagai kendaraan Trimurti; Candi Angkasa adalah
kendaraan Brahma (Dewa Penjaga), Candi Nandi (Kerbau) adalah kendaraan Siwa
(Dewa Perusak) dan Candi Garuda adalah kendaraan Wisnu (Dewa Pencipta).
Pada dinding pagar langkan candi Siwa dan candi Brahma dipahatkan relief
cerita Ramayana, sedangkan pada pagar langkah candi Wisnu dipahatkan relief
Krisnayana yang sangat indah. masuk candi Siwa dari arah timur belok ke kiri
akan anda temukan relief cerita Ramayana tersebut searah jarum jam, relief
cerita selanjutnya bersambung di candi Brahma.
Candi Prambanan dikenal kembali saat seorang Belanda bernama
C.A.Lons mengunjungi Jawa pada tahun 1733 dan melaporkan tentang adanya
reruntuhan candi yang ditumbuhi semak belukar. Usaha pertama kali untuk
menyelamatkan Candi Prambanan dilakukan oleh Ijzerman pada tahun 1885 dengan
membersihkan bilik-bilik candi dari reruntuhan batu. Pada tahun 1902 baru
dimulai pekerjaan pembinaan yang dipimpin oleh Van Erp untuk candi Siwa, candi
Wisnu dan candi Brahma. Perhatian terhadap candi Prambanan terus berkembang.
Pada tahun 1933 berhasil disusun percobaan Candi Brahma dan Wisnu. Setelah
mengalami berbagai hambatan, pada tanggal 23 Desember 1953 candi Siwa selesai
dipugar. Candi Brahma mulai dipugar tahun 1978 dan diresmikan 1987. Candi Wisnu
mulai dipugar tahun 1982 dan selesai tahun 1991. Kegiatan pemugaran berikutnya
dilakukan terhadap 3 buah candi perwara yang berada di depan candi Siwa, Wisnu
dan Brahma besarta 4 candi kelir dan 4 candi disudut / patok.

Candi Prambanan merupakan kelompok candi yang dibangun oleh
raja-raja Dinasti Sanjaya pada abad IX. Ditemukannya tulisan nama Pikatan pada
candi menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan yang
kemudian diselesaikan oleh Rakai Balitung berdasarkan prasasti berangka 856 M
“Prasasti Siwargrarha” sebagai manifest politik untuk meneguhkan kedudukannya
sebagai raja yang besar.Prasasti Siwargrarha tahun 856 M yang dikeluarkan oleh
Rakai Pikatan tidak diketahui asalnya, kini disimpan di Museum Nasional
Jakarta.
Prasasti ini mulai menarik perhatian setelah J.G. De Casparis berhasil
menguraikan dan membahasnya. Menurut Casparis ada 3 hal penting dalam prasati
tersebut, yaitu: Bahasanya merupakan contoh tertua prasasti yang berangka tahun
yang ditulis dalam puisi Jawa kuna; Isinya memuat bahan-bahan atau
peristiwa-peristiwa sejarah yang sangat penting dari pertengahan abas ke IX M;
Didalamnya terdapat uraian yang rinci tentang suatu “gugusan candi”, sesuatu
yang unik dalam epigrafi Jawa kuna.Dari uraian diatas yang menarik adalah
peristiwa sejarah dan uraian tentang pembangunan gugusan candi. Peristiwa
sejarah yang dimaksud adalah peperangan antara Balaputeradewa dari keluarga
Sailendra melawan Rakai Pikatan dari keluarga Sanjaya. Balaputeradewa kalah dan
melarikan diri ke Sumatera. Konsolidasi keluarga raja Rakai Pikatan itu
kemudian menjadi permulaan dari masa baru yang perlu diresmikan dengan
pembangunan suatu gugusan candi besar.
Candi Prambanan atau Candi Shiwa ini juga sering disebut sebagai candi
Roro Jonggrang berkaitan dengan legenda yang menceriterakan tentang seorang
dara yang jonggrang (jangkung) yang adalah putri Prabu Boko. Bagian tepi candi
dibatasi dengan pagar langkan yang dihiasi dengan relief cerita Ramayana yang
dapat dinikmati dengan ber-pradaksina (berjalan mengelilingi candi dengan pusat
candi selalu di sebelah kanan kita) melalui lorong itu.

Kompleks candi Prambanan dibangun oleh Raja-raja Wamca (Dinasty) Sanjaya
pada abad ke-9. Candi Prambanan merupakan kompleks percandian dengan candi
induk menghadap ke timur, dengan bentuk secara keseluruhan menyerupai gunungan
pada wayang kulit setinggi 47 meter. Agama Hindu mengenal Tri Murti yang
terdiri dari Dewa Brahma sebagai Sang Pencipta, Dewa Wisnu sebagai Sang
Pemelihara, Dewa Shiwa sebagai Sang Perusak. Bilik utama dari candi induk
ditempati Dewa Shiwa sebagai Maha Dewa sehingga dapat disimpulkan candi
Prambanan merupakan candi Shiwa. Candi Prambanan atau candi Shiwa ini juga sering
disebut sebagai candi Loro Jonggrang berkaitan dengan legenda yang menceritakan
tentang seorang dara yang jonggrang atau gadis yang jangkung, putri Prabu Boko,
yang membangun kerajaannya diatas bukit di sebelah selatan kompleks candi
Prambanan.
Bagian tepi candi dibatasi dengan pagar langkan, yang dihiasi dengan
relief Ramayana yang dapat dinikmati bilamana kita berperadaksina (berjalan
mengelilingi candi dengan pusat cansi selalu di sebelah kanan kita) melalui
lorong itu. Cerita itu berlanjut pada pagar langkan candi Brahma yang terletak
di sebelah kiri (sebelah selatan) candi induk. Sedang pada pagar langkan candi
Wishnu yang terletak di sebelah kanan (sebelah utara) candi induk, terpahat
relief cerita Kresnadipayana yang menggambarkan kisah masa kecil Prabu Kresna
sebagai penjelmaan Dewa Wishnu dalam membasmi keangkaramurkaan yang hendak
melanda dunia.

Bilik candi induk yang menghadap ke arah utara berisi parung Durga,
permaisuri Dewa Shiwa, tetapi umumnya masyarakat menyebutnya sebagai patung
Roro Jonggrang, yang menurut legenda, patung batu itu sebelumnya adalah tubuh
hidup dari putri cantik itu, yang dikutuk oleh ksatria Bandung Bondowoso, untuk
melengkapi kesanggupannya menciptakan seribu buah patung dalam waktu satu
malam.
Candi Brahma dan candi Wishnu masing-masing memiliki satu buah bilik yang
ditempati oleh patung dewa-dewa yang bersangkutan.
Dihadapan ketiga candi dari Dewa Trimurti itu terdapat tiga buah candi
yang berisi wahana (kendaraan) ketiga dewa tersebut. Ketiga candi itu kini sudah
dipugar dan hanya candi yang ditengah ( di depan candi Shiwa) yang masih berisi
patung seekor lembu yang bernama Nandi, kendaraan Dewa Shiwa.Patung angsa
sebagai kendaraan Brahma dan patung garuda sebagai kendaraan Wishnu yang
diperkirakan dahulu mengisi bilik-bilik candi yang terletak di hadapan candi
kedua dewa itu kini telah dipugar.Keenam candi itu merupakan 2 kelompok yang
saling berhadapan, terletak pada sebuah halaman berbentuk bujur sangkar, dengan
sisi sepanjang 110 meter.
Didalam halaman masih berdiri candi-candi lain, yaitu 2 buah candi
pengapit dengan ketinggian 16 meter yang saling berhadapan, yang sebuah berdiri
di sebelah utara dan yang lain berdiri di sebelah selatan, 4 buah candi kelir
dan 4 buah candi sedut.
Terjadinya perpindahan pusat kerajaan Mataram ke Jawa Timur berakibat
tidak terawatnya candi-candi di daerah Prambanan, kondisi ini semakin parah
dengan terjadinya gempa bumi dan beberapa kali meletusnya Gunung Merapi yang
menjadikan candi Prambanan runtuh dan meninggalkan puing-puing batu yang
berserakan. Candi Prambanan dikenal kembali saat seorang Belanda bernama
C.A.Lons mengunjungi Jawa pada tahun 1733 dan melaporkan tentang adanya
reruntuhan candi yang ditumbuhi semak belukar.
Usaha pertama kali untuk menyelamatkan candi Prambanan dilakukan oleh
Ijzerman pada tahun 1885 dengan membersihkan bilik-bilik candi dari reruntuhan
batu. Pada tahun 1902 dimulai pekerjaan pembinaan yang dipimpin oleh Van Erp
untuk candi Siwa, candi Wisnu dan candi Brahma. Perhatian terhadap candi Prambanan
terus berkembang. Pada tahun 1933 berhasil disusun percobaan candi Brahma dan
Wisnu. Setelah mengalami berbagai hambatan pemugaran diselesaikan oleh bangsa
Indonesia, tanggal 23 Desember 1953 candi Siwa selesai dipugar dan secara resmi
dinyatakan selasai oleh Presiden Dr. Ir. Sukarno.
Pemugaran candi di wilayah Prambanan terus dilaksanakan, diantaranya
yaitu pemugaran candi Brahma dan candi Wisnu. Pemugaran candi Brahma dimulai
pada tahun 1977 dan telah selesai dan diresmikan oleh Prof Dr. Haryati Soebandio
tanggal 23 Maret 1987. Candi wisnu mulai dipugar pada tahun 1982 selesai dan
diresmikan oleh Presiden Soeharto tanggal 27 April 1991. Kegiatan pemugaran
berikutnya dilakukan terhadap 3 buah candi yang berada di depan candi Siwa,
Wisnu dan Brahma besarta 4 candi kelir dan 4 candi disudut.
Halaman dalam yang dianggap masyarakat Hindu sebagai halaman paling
sacral ini, terletak di tengah halaman tengah yang mempunyai sisi 222 meter,
dan pada mulanya berisi candi-candi perwara sebanyak 224 buah berderet-deret
mengelilingi halaman dalam 3 baris.
Pada jaman dahulu kala di Pulau Jawa terutama di daerah Prambanan berdiri
2 buah kerajaan Hindu yaitu Kerajaan Pengging dan Kraton Boko. Kerajaan
Pengging adalah kerjaan yang subur dan makmur yang dipimpin oleh seorang raja
yang arif dan bijaksana bernama Prabu Damar Moyo dan mempunyai seorang putra
laki-laki yang bernama Raden Bandung Bondowoso.
Kraton Boko berada pada wilayah kekuasaan kerajaan Pengging yang
diperintah oleh seorang raja yang kejam dan angkara murka yang tidak berwujud
manusia biasa tetapi berwujud raksasa besar yang suka makan daging manusia,
yang bernama Prabu Boko. Akan tetapi Prabu Boko memiliki seorang putri yang
cantik dan jelita bak bidadari dari khayangan yang bernama Putri Loro Jonggrang.
Prabu Boko juga memiliki patih yang berwujud raksasa bernama Patih
Gupolo. Prabu Boko ingin memberontak dan ingin menguasai kerajaan Pengging,
maka ia dan Patih Gupolo mengumpulkan kekuatan dan mengumpulkan bekal dengan
cara melatih para pemuda menjadi prajurit dan meminta harta benda rakyat untuk
bekal.
Setelah persiapan dirasa cukup, maka berangkatlah Prabu Boko dan prajurit
menuju kerajaan Pengging untuk memberontak. Maka terjadilah perang di Kerajaan
Pengging antara para prajurit peng Pengging dan para prajurit Kraton
Boko.Banyak korban berjatuhan di kedua belah pihak dan rakyat Pengging menjadi
menderita karena perang, banyak rakyat kelaparan dan kemiskinan.
Mengetahui rakyatnya menderita dan sudah banyak korban prajurit yang
meninggal, maka Prabu Damar Moyo mengutus anaknya Raden Bandung Bondowoso maju
perang melawan Prabu Boko dan terjadilan perang yang sangat sengit antara Raden
Bandung Bondowoso melawan Prabu Boko. Karena kesaktian Raden Bandung Bondowoso
maka Prabu Boko dapat dibinasakan. Melihat rajanya tewas, maka Patih Gupolo
melarikan diri. Raden Bandung Bondowoso mengejar Patih Gupolo ke Kraton Boko.
Setelah sampai di Kraton Boko, Patih Gupolo melaporkan pada Puteri Loro
Jonggrang bahwa ayahandanya telah tewas di medan perang, dibunuh oleh kesatria
Pengging yang bernama Raden Bandung Bondowoso. Maka menangislah Puteri Loro
Jonggrang, sedih hatinya karena ayahnya telah tewas di medan perang.Maka
sampailah Raden Bandung Bondowoso di Kraton Boko dan terkejutlah Raden Bandung
Bondowoso melihat Puteri Loro Jonggrang yang cantik jelita, maka ia ingin
mempersunting Puteri Loro Jonggrang sebagai istrinya.Akan tetapi Puteri Loro
Jonggrang tidak mau dipersunting Raden Bandung Bondowoso karena ia telah
membunuh ayahnya. Untuk menolak pinangan Raden Bandung Bondowoso, maka Puteri
Loro Jonggrang mempunyai siasat. Puteri Loro Jonggrang manu dipersunting Raden
Bandung Bondowoso asalkan ia sanggup mengabulkan dua permintaan Puteri Loro
Jonggrang. Permintaan yang pertama, Puteri Loro Jonggrang minta dibuatkan sumur
Jalatunda sedangkan permintaan kedua, Puteri Loro Jonggrang minta dibuatkan
1000 candi dalam waktu satu malam.
Raden Bandung Bondowoso menyanggupi kedua permintaan puteri tersebut.
Segeralah Raden Bandung Bondowoso membuat sumur Jalatunda dan setelah jadi ia
memanggil Puteri Loro Jonggrang untuk melihat sumur itu.Kemudian Puteri Loro
Jonggrang menyuruh Raden Bandung Bondowoso masuk ke dalam sumur. Setelah Raden
Bandung Bondowoso masuk ke dalam sumur, Puteri Loro Jonggrang memerintah Patih
Gupolo menimbun sumur dan Raden Bandung Bondowoso pun tertimbun batu di dalam
sumur. Puteri Loro Jonggrang dan Patih Gupolo menganggap bahwa Raden Bandung
Bondowoso telah mati di sumur akan tetapi di dalam sumur ternyata Raden Bandung
Bondowoso belum mati maka ia bersemedi untuk keluar dari sumur dan Raden
Bandung Bondowoso keluar dari sumur dengan selamat.
Raden Bandung Bondowoso menemui Puteri Loro Jonggrang dengan marah sekali
karena telah menimbun dirinya dalam sumur. Namun karena kecantikan Puteri Loro
Jonggrang kemarahan Raden Bandung Bondowoso pun mereda.Kemudian Puteri Loro
Jonggrang menagih janji permintaan yang kedua kepada Raden Bandung Bondowoso
untuk membuatkan 1000 candi dalam waktu 1 malam. Maka segeralah Raden Bandung
Bondowoso memerintahkan para jin untuk membuat candi akan tetapi pihak Puteri
Loro Jonggrang ingin menggagalkan usaha Raden Bandung Bondowoso membuat candi.
Ia memerintahkan para gadis menumbuk dan membakar jerami supaya kelihatan
terang untuk pertanda pagi sudah tiba dan ayam pun berkokok bergantian.
Mendengar ayam berkokok dan orang menumbuk padi serta di timur kelihatan
terang maka para jin berhenti membuat candi. Jin melaporkan pada Raden Bandung
Bondowoso bahwa jin tidak dapat meneruskan membuat candi yang kurang satu
karena pagi sudah tiba. Akan tetapi firasat Raden Bandung Bondowoso pagi belum
tiba. Maka dipanggillah Puteri Loro Jonggrang disuruh menghitung candi dan
ternyata jumlahya 999 candi, tinggal 1 candi yang belum jadi.Maka Puteri Loro
Jonggrang tidak mau dipersunting Raden Bandung Bondowoso. Karena ditipu dan
dipermainkan maka Raden Bandung Bondowoso murka sekali dan mengutuk Puteri Loro
Jonggrang “Hai Loro Jonggrang candi kurang satu dan genapnya seribu engkaulah
orangnya”. Maka aneh bin ajaib Puteri Loro Jonggrang berubah ujud menjadi arca
patung batu.
Dan sampai sekarang arca patung Loro Jonggrang masih ada di candi
prambanan dan Raden Bandung Bondowoso mengutuk para gadis di sekitar Prambanan
menjadi perawan kasep (perawan tua) karena telah membantu Puteri Loro
Jonggrang.Dan menurut kepercayaan orang dahulu bahwa pacaran di candi prambanan
akan putus cintanya.